Anggarda Paramita

Analisis Geolistrik Resistivitas Tanah

Juli 19, 2025 | by Admin

Analisis Geolistrik Resistivitas Tanah

Lokasi: Yogyakarta, tepatnya di salah satu warung kopi di daerah Bantul, Jawa.
Pembicara:

  1. Budi (lahir 1985; ~39 tahun) – awam, pekerja kantoran yang cuma pernah dengar istilah “resistivitas”.

  2. Siti (lahir 1992; ~32 tahun) – praktisi geofisika, sudah 8 tahun menekuni survei lapangan.

  3. Raka (lahir 1990; ~34 tahun) – bagian tim dari PT Anggarda Paramita Engineering, berkantor pusat di Jakarta dan Bali, melayani seluruh Indonesia.

Mereka berkumpul sambil ngeteh manis, sesekali saling celetuk dalam bahasa Jawa atau Bali yang asik—membuat suasana jadi santai tapi tetap informative.

Apa Itu Analisis Geolistrik Resistivitas Tanah?

Keterangan dari Praktisi (Siti)

Analisis Geolistrik Resistivitas Tanah
Analisis Geolistrik Resistivitas Tanah

Siti membuka diskusi dengan gaya kekinian, semacam tone-nya santai tapi to the point:

“Jadi gini, analisis geolistrik resistivitas tanah itu teknik buat ngecek seberapa tahan listrik di dalam tanah. Ntar dikasi arus, ukur beda potensialnya, bisa tahu struktur bawah tanah—ada air, batuan, rongga, vulkanik, dll.”

 

Setelah penjelasan Siti, Budi jadi penasaran dan langsung tanya ke rantai selanjutnya.

Pertanyaan Sederhana dari Budi Sang Awam

Lho, kok bisa tahanan listrik? Maksudnya gimana

Budi terlihat bingung, garuk-garuk kepala sambil pesan gorengan:

 

“Mak Bule, yang tahanan itu kayak resistor di Arduino, ya? Terus bisa tahu tanahnya kayak gimana gitu?”

Siti langsung menjelaskan dengan contoh lucu:

 

“Iya, Budi. Bayangin resistor di rangkaian, tapi ini resistornya alamiah, tanah. Kalo basah, arusnya lewat cepat, tahanannya rendah. Kering atau berbatu, tahanannya tinggi.”

 

Raka menambahi:

“Betul, Pak Budi. Di PT Anggarda Paramita Engineering, kami sering bantu survey untuk pengeboran air tanah atau pembangunan fondasi. Lewat analisis ini, klien bisa tau idealnya tempat bor atau pondasi.”

Siti bilang “mantap jiwa” sambil nunjuk Budi, yang sekilas nyengir.

Proses Umum Survei Geolistrik di Lapangan

Langkah-langkah dan Alat

Raka menjelaskan urutannya:

  1. Persiapan dan mobilisasi alat (electrode, kabel, resistivimeter).

  2. Penempatan elektroda—biasanya model Wenner atau Schlumberger.

  3. Penyuntikan arus listrik – arus kecil tapi aman.

  4. Pengukuran beda potensial dan pencatatan data.

  5. Interpretasi data di kantor menggunakan software (2D/3D resistivity imaging).

    Setelah proses dijelaskan, Siti berbagi pengalaman uniknya.

Manfaat Analisis Geolistrik untuk Proyek

“Di PT Anggarda Paramita Enginering, kita bisa bantu banget. Misalnya ada rencana pembangunan sumur bor di Nusa Penida atau Bali Utara, kita survei dulu. Tujuannya supaya bor tepat di titik air, bukan cuma nebak. Bisa hemat biaya, gak bolak-balik. Di Jakarta juga banyak proyek gedung tinggi; survei bantu mitigasi risiko ‘ambles’ tanah.”

 

Siti nambahin:

“Bener. Studi resistivitas bantu atur pondasi, mitigasi longsor, dan memastikan kelayakan lahan.”

Tanya Jawab Seputar Teknik dan Biaya

Budi tanya dengan polos:

 

“Raka, kira² survei kaya gini butuh biaya berapa sih? Mahal gak?”

 

Raka santai:

“Gak terlalu kok, Pak Budi. Tergantung luas area dan jumlah titik elektroda. Biasanya untuk area 1 hektar cuma belasan juta rupiah. Cukup ekonomis merujuk ke manfaat yang didapat, seperti mencegah kesalahan fondasi.”

 

Siti menambahkan istilah turunan:

“Kalau tambah pemodelan 3D, bayarnya ekstra dikit, tapi data jauh lebih rinci.”

Siti menjelaskan:

“Kalau kita pakai inversi data resistivitas, gambar resistivity semu diubah jadi model fisik bawah tanah yang lebih menyerupai kenyataan. Misalnya ada zona jenuh air di kedalaman 10 meter, bisa kelihatan jelas.”

Unsur Lokal – Bahasa Daerah Sekali Sehari

Raka seloroh pakai bahasa Bali:

“Iye, ya sampun makta, data-nya ngidang nyeksa (bahasa Bali untuk ‘nyata sekali’)!”

 

 

Budi nyaut dalam bahasa Jawa:

“Wah, mantap, maknyus tenan, Bu Siti!”

 

 

Perpaduan bahasa daerah bikin keakraban, tanpa bikin pembaca bingung.

Perbandingan Metode Lain vs Geolistrik

GPR, Seismik, dan Lainnya

Siti menjelaskan:

  • GPR (Ground Penetrating Radar) bagus di area dangkal, tapi tergantung kondisi tanah.

  • Seismik refraksi berkaitan getaran; cocok untuk stratigrafi dedalam.

  • Geolistrik unggul untuk kedalaman menengah, relatif murah, dan hasilnya mudah diinterpretasi.

Diskusi ditutup dengan gaya santai penuh transisi:

 

“Kesimpulane, analisis geolistrik resistivitas tanah itu penting banget buat:
– Milih lokasi sumur bor tepat sasaran.
– Bantu struktur pondasi lebih aman.
– Hemat waktu dan biaya dari potensi salah target.

 

Kalau kalian butuh tim yang profesional, kayak tim dari PT Anggarda Paramita Engineering siap bantu—dari Jakarta sampai Bali, bahkan seluruh Indonesia!”

Kesimpulan

Jadi gini ya, guys: Analisis Geolistrik Resistivitas Tanah itu bukan cuma istilah keren di forum, tapi alat kuat buat mendeteksi karakter tanah bawah permukaan. Dari yang awalnya awam kayak Pak Budi sampe praktisi macam Bu Siti, semua bisa ngerti manfaatnya. Plus, punya cerita lucu yang bikin suasana nggak kering. Kalau kamu lagi butuh survei geofisika untuk sumur bor, konstruksi, mitigasi bencana, atau sekadar penasaran, langsung hubungi aja PT Anggarda Paramita Engineering — timnya profesional, pengalaman, dan siap melayani dari Jakarta, Bali, hingga seluruh pelosok Indonesia. Mantul!

PT Anggarda Paramita Engineering adalah perusahaan konsultan profesional yang bergerak di bidang survey topografi, geoteknik, dan geolistrik, melayani kebutuhan pemetaan lahan, analisis struktur tanah, serta identifikasi kondisi bawah permukaan untuk berbagai proyek konstruksi dan infrastruktur.

Jakarta
Jl. Raya Pasar Minggu, Lenteng Agung, Jakarta Selatan.

Bali
Perumahan Umasari Gg Mungil , Kerobokan, Petitenget, Denpasar.

Services

RELATED POSTS

View all

view all