Waktu itu kami lagi ngerjain proyek kecil-kecilan di pinggiran Bandung, tepatnya di daerah Lembang. Udara di sana sejuk banget, tapi tanahnya bikin penasaran. Katanya sih, kalau mau bangun rumah 2 lantai, harus cek dulu kondisi tanahnya—nah, di sinilah cerita kita dimulai.
Gue, Damar, anak teknik sipil semester akhir, lagi magang bareng tim konsultan geoteknik. Satu tim bareng gue ada Kak Rendy, yang udah kerja 5 tahun di dunia uji tanah, terus ada Fira, anak arsitektur yang kepo banget soal struktur, dan ada Pak Toni, senior engineer yang selalu punya cerita aneh tiap kita ke lapangan.
1. Niat Awal Cuma Mau Ngelihat, Eh Malah Jadi Ikut Sondir
Awalnya, niat gue cuma mau “ngintilin” tim ke lapangan buat belajar. Tapi ternyata, baru sehari bareng mereka, gue udah dikasih alat sondir dan disuruh bantuin dorong. “Gak usah takut, Damar,” kata Kak Rendy, sambil nunjukin alat sondir yang bentuknya kayak tongkat besi panjang.
“Apa itu sondir tanah (CPT)?” tanya Fira, sambil nyatet di buku kecilnya. Pak Toni langsung nyaut, “Sondir itu Cone Penetration Test. Kita dorong konus ke dalam tanah dan lihat tahanannya. Kalau tanahnya lunak, tekanan kecil. Kalau keras, tekanannya besar.”
Alat Sondir Itu Gak Segede Bayangan Gue
Gue pikir alatnya bakal gede dan ribet. Tapi pas lihat langsung, ternyata cuma butuh dua orang buat operasikannya. Ada satu alat kayak dongkrak hidrolik, terus si konusnya dipasangin di ujung batang besi. Kita dorong ke bawah pelan-pelan sambil baca angka tekanan di alat ukur.
“Wah, ini sih asik banget,” kata gue, walau tangan mulai pegal. Tapi pas udah kedalaman 3 meter, tanahnya makin keras. Alatnya mulai bunyi, kayak protes karena dipaksa kerja keras.
2. Ternyata Gak Semua Tanah Itu Sama
“Kalau tanah di sini kayaknya bekas endapan gunung berapi,” kata Kak Rendy sambil ngeliat hasil pembacaan di alat. “Makanya agak keras di kedalaman tertentu. Tapi di beberapa titik bisa beda.”
Fira kelihatan makin semangat. Dia buka-buka referensi soal jenis-jenis tanah. Gue yang awalnya cuma ikut-ikutan, jadi kepancing juga buat ngerti lebih dalam.
Dari Sondir Kita Bisa Tahu Daya Dukung Tanah
Pak Toni bilang, dari hasil uji sondir ini kita bisa tahu seberapa besar beban yang bisa ditahan tanah. Kalau hasilnya bagus, fondasi biasa cukup. Tapi kalau jelek, harus pakai tiang pancang atau bore pile.
“Makanya penting banget tahu kondisi tanah sebelum bangun,” kata beliau. “Jangan asal nebak, nanti amblas.”
3. Sondir vs Boring Tanah, Bedanya Apa?
Pas lagi istirahat, Fira nanya lagi, “Kalau sondir gini, apa bedanya sama boring tanah?” Kak Rendy langsung semangat nerangin.
“Kalau sondir pakai alat dorong dan ukur tahanan langsung. Tapi boring itu ngebor tanah buat ambil sampel. Hasilnya bisa kita lihat dan analisis di lab.”
Dua Metode, Dua Fungsi
Sondir itu cepat dan ekonomis, cocok buat survei awal. Sedangkan boring lebih lengkap datanya, karena kita bisa tahu jenis tanahnya beneran seperti apa, termasuk kadar air dan kepadatan.
Gue baru sadar ternyata dua metode ini saling melengkapi. Jadi bukan mana yang lebih bagus, tapi mana yang cocok sesuai kebutuhan proyek.
4. Hal Tak Terduga di Lapangan
Namanya juga kerja lapangan, selalu ada aja kejadian tak terduga. Waktu itu, alat sondir tiba-tiba macet di kedalaman 5 meter.
“Ini tanahnya kena batu atau puing bekas bangunan lama,” kata Pak Toni. Mau gak mau kita harus pindah titik uji.
Bawa GPS dan Peta Itu Wajib
Untung Fira bawa peta kontur dan GPS. Jadi kita bisa langsung tandai titik baru yang masih dalam radius desain bangunan. Dari situ kita belajar: kerja lapangan tuh gak cuma soal teknik, tapi juga strategi.
5. Hasil Uji dan Keputusan Desain
Setelah dua hari penuh peluh dan pegal, kita bawa semua data ke kantor. Kak Rendy input datanya, Pak Toni analisis, dan gue? Disuruh bikin laporan magang. Hahaha.
Data Sondir Bukan Sekadar Angka
Dari hasil uji sondir itu, kita tahu bahwa tanah di lokasi bisa menopang beban sekitar 15 ton per meter persegi. Artinya, fondasi telapak masih bisa dipakai. Tapi kalau mau lebih aman, bisa pakai kombinasi dengan sloof beton bertulang.
Fira langsung ubah desainnya. Gue juga makin ngerti pentingnya uji tanah. Karena satu kesalahan di awal, bisa bikin bangunan bermasalah seumur hidup.
Kesimpulan
Sondir tanah (CPT) adalah metode pengujian tanah yang penting dalam proses perencanaan struktur bangunan. Dengan mendorong konus ke dalam tanah dan mengukur tahanannya, para ahli dapat menentukan daya dukung tanah di lokasi tersebut. Berbeda dengan boring tanah (SPT) yang mengambil sampel fisik, sondir memberikan data cepat dan efisien untuk kebutuhan survei awal. Penggunaan metode ini harus disesuaikan dengan kebutuhan proyek agar hasil yang diperoleh akurat dan tepat guna dalam pengambilan keputusan desain fondasi.
PT Anggarda Paramita Engineering adalah perusahaan konsultan profesional yang bergerak di bidang survey topografi, geoteknik, dan geolistrik, melayani kebutuhan pemetaan lahan, analisis struktur tanah, serta identifikasi kondisi bawah permukaan untuk berbagai proyek konstruksi dan infrastruktur.
Jakarta Jl. Raya Pasar Minggu, Lenteng Agung, Jakarta Selatan.
Bali Perumahan Umasari Gg Mungil , Kerobokan, Petitenget, Denpasar.