Langit agak mendung waktu mereka nongkrong di warung kopi semi permanen yang berdiri di tepi proyek jalan tol baru. Di seberang mereka, hamparan lahan terbuka lebar membentang, sebagian udah digali, sebagian masih rimbun semak belukar.
Dimas duduk paling santai, kaos oblong dan celana lapangan yang udah belel jadi semacam seragam sehari-harinya. Dia adalah konsultan pemetaan topografi tanah yang udah lima tahun keliling proyek dari Kalimantan sampe Papua.
Di sebelahnya, ada Sari — lulusan Geodesi UGM, cewek satu-satunya di tim yang paling detail urusan data digital dan hasil olahan GIS. Dan yang lagi sibuk nyalain rokok adalah Bowo, surveyor senior yang udah 20 tahun berkutat sama theodolite dan drone.
“Jadi, hari ini kita lanjut survei arah timur, ya?” tanya Dimas sambil ngaduk kopi.
Topografi Itu Nggak Cuma Soal Naik Turun Tanah
Dimas Jelasin Dengan Santai
Konsultan Pemetaan Topografi Tanah
“Lu tau nggak sih, banyak orang pikir topografi itu cuma liat tinggi rendahnya tanah. Padahal lebih dari itu,” kata Dimas.
Sari nyaut, “Iya, kayak arah kemiringan, pola aliran air, jenis tanah juga. Itu semua ngaruh ke desain struktur, apalagi jalan tol kayak gini.”
Bowo ketawa kecil, “Waktu gue baru mulai kerja dulu, GPS belum secanggih sekarang. Sekarang? Drone aja bisa ngelacak kontur dari udara, presisinya gila.”
Sari Tambah Penjelasan GIS
“GIS itu jadi kunci sih sekarang. Setelah dapet data dari lapangan, kita bisa olah, overlay sama peta lama, peta zonasi, bahkan satelit. Dari situ baru keliatan zona rawan longsor, tanah labil, atau dataran tinggi potensial,” jelas Sari sambil buka laptopnya.
Antara Rasa Capek dan Bangga
Bowo menyandarkan punggung, “Gue kadang capek sih, jalan jauh, panas, nyamuk. Tapi tiap kali liat hasil kerja kita dipake buat bangun jalan, perumahan, bendungan… itu bangga sih.”
“Kayak kemarin tuh,” Dimas nimpal, “waktu proyek PLTA di Sumatera Barat. Kita mapping area seluas 3.000 hektar, harus manjat bukit, nginep di pondok. Tapi hasilnya? Tim desain bisa nentuin lokasi bendungan utama dengan akurat.”
Sari ngangguk, “Dan yang paling penting, kerja kita itu dasar dari segalanya. Arsitek, insinyur sipil, bahkan pemerintah daerah — semua butuh data dari kita.”
Gimana Cara Jadi Konsultan Pemetaan Topografi Tanah?
Nggak Cukup Cuma Bisa GPS
“Ilmu lapangan itu penting, tapi lu juga harus paham software kayak AutoCAD, Civil3D, sampai QGIS,” kata Sari.
“Terus mental juga kudu kuat,” Bowo nambahin, “Kadang kita kerja di hutan, sinyal HP nggak ada, cuaca nggak menentu. Jadi ya kudu tahan banting.”
Dimas nambahin, “Dan yang paling penting: komunikasi. Kita harus bisa jelasin hasil survei ke tim desain atau klien yang nggak ngerti istilah teknis.”
Klien Kadang Nggak Tau, Tapi Banyak Nanya
“Kemarin ada klien dari Jakarta, nanya gini: ‘Mas, ini garis-garis kontur artinya apa ya?'” kata Dimas sambil nyengir.
Sari ketawa, “Itu kayak orang liat not balok padahal mereka nggak bisa baca partitur.”
“Makanya kadang kita harus bikin laporan yang gampang dimengerti. Kombinasi teks, gambar, grafik, peta warna.
Soalnya, klien itu maunya jelas, cepat, dan bisa langsung diambil keputusan,” jelas Sari.
Cerita Kocak di Tengah Hutan
Drone Nyangkut di Sarang Elang
“Eh inget nggak waktu drone kita nyangkut di pohon waktu proyek di Kalimantan?” Bowo mulai cerita.
“Yang elangnya marah itu ya?” Dimas ngakak.
“Lu bayangin, drone kita dikejar elang, terus nyangkut di pohon. Gue panik, soalnya itu drone mahal. Akhirnya, kita panggil warga lokal, bayarin seratus ribu buat manjat. Untung balik,” kenangnya.
Sari ikut ketawa, “Gue waktu itu udah nyiapin surat kehilangan buat laporan kantor.”
Jadi, Perlu Nggak Sih Konsultan Pemetaan Topografi Tanah?
“Buat proyek gede? Wajib!” kata Dimas tegas.
“Kalau nggak, bisa fatal. Salah mapping, struktur bangunan bisa retak, jalan bisa amblas. Ini bukan kerjaan yang bisa asal-asalan,” jelas Sari.
Bowo nambahin, “Konsultan pemetaan topografi tanah itu kayak mata pertama sebelum proyek dimulai. Nentuin fondasi dari segala perencanaan.”
Jadi begini cuy, kerjaan kita emang bukan yang sering nongol di TV atau Instagram. Tapi tiap kali lo jalan di jalan tol mulus, tinggal di perumahan nyaman, atau liat bendungan keren — inget aja, semua itu mulai dari titik kecil yang kita ukur di lapangan.
Konsultan pemetaan topografi tanah emang kerja di balik layar, tapi tanpa kita, nggak ada yang bisa jalan lancar. Jadi, lain kali kalo liat orang bawa tripod dan alat aneh di tengah sawah, kasih senyum ya — siapa tau itu kita!
PT Anggarda Paramita Engineering adalah perusahaan konsultan profesional yang bergerak di bidang survey topografi, geoteknik, dan geolistrik, melayani kebutuhan pemetaan lahan, analisis struktur tanah, serta identifikasi kondisi bawah permukaan untuk berbagai proyek konstruksi dan infrastruktur.
Jakarta Jl. Raya Pasar Minggu, Lenteng Agung, Jakarta Selatan.
Bali Perumahan Umasari Gg Mungil , Kerobokan, Petitenget, Denpasar.